Aku merindu.
Dulu, kala masa sulitku, selalu ada tangan yang siap menggenggam hangat jari jemari ini. Mendamaikan gelisah hati. Mendengar setiap ocehan. Dan selalu ada cara menenangkan badai yang datang, meski tak tau dari mana asalnya.
Aku sungguh merindu.
Amat dalam lukaku, tak lagi ada bayang yang siap menantiku dikala senja menjemput. Malamku kian sepi tanpa ada yang mampu mengisi kekosongan ini.
Jauh sebelum sepi ini menyerang, aku terlalu acuh dengan semua yang melindungiku.
Sekarang, perlahan semua meninggalkanku dalam gelap. Bahkan seekor kunang-kunang merasa enggan untuk datang dengan cahayanya.
Terlalu sepi, gelap, sakit.
Aku jatuh pada kedalaman yang tak berhingga. Sendiri,...
Aku teramat merindu.
Kamis, 21 Juli 2016
Kamis, 14 Juli 2016
Bumi
Dalam keheningan malam. Gemuruh langit memecah sunyi. Bintang yang semula nenghiasi dengan gemilang, perlahan menghilang dibalik awan kelam. Jangkrik-jangkrik pun ikut bersembunyi karena ketakutan.
-
Tak hanya gemuruh yang datang, petir seolah bersahut-sahutan menyambar, mengejar awan hitam yang berarak menutupi langit. Kan menjadi pekat. Bersiap membuang setiap kepiluan yang mau tak mau harus diangkut kemanapun ia beranjak. Perlahan setiap titik yang ada selama ini membesar dan semakin berat untuk diajak melanglang buana mengelilingi bumi. Inilah waktunya untuk memuntahkan setiap tetes yang ada.
-
Sesak.
Mungkin itu yang dirasakannya. Hingga tak lagi mampu menahan butiran yang telah jauh berkembang menjadi bongkahan. Seolah berevolusi menjadi raksasa, yang penuh dengan amarahnya. Ke mana lagi akan dibuang semua kepiluan itu, kalau bukan bumi.
-
Bumi, harus mau menampungnya.
Tapi sanggupkah?
Itu semua adalah bentuk kemurkaan.
Petir siap menyerang, hujan tak segan meruntuhkan bukit. Membawa bandang yang siap menghanyutkan setiap apapun yang dilewatinya.
-
Namun, dari semua derita yang akan diterima. Bumi selalu tegar.
Menerimanya dengan, yaa mungkin sedikit senyuman, namun berlimpah keikhlasan.
Karena bumi selalu tau, "Dibalik gelapnya malam akan datang fajar membawa terangnya mentari pagi."
:-) :-)
-
Tak hanya gemuruh yang datang, petir seolah bersahut-sahutan menyambar, mengejar awan hitam yang berarak menutupi langit. Kan menjadi pekat. Bersiap membuang setiap kepiluan yang mau tak mau harus diangkut kemanapun ia beranjak. Perlahan setiap titik yang ada selama ini membesar dan semakin berat untuk diajak melanglang buana mengelilingi bumi. Inilah waktunya untuk memuntahkan setiap tetes yang ada.
-
Sesak.
Mungkin itu yang dirasakannya. Hingga tak lagi mampu menahan butiran yang telah jauh berkembang menjadi bongkahan. Seolah berevolusi menjadi raksasa, yang penuh dengan amarahnya. Ke mana lagi akan dibuang semua kepiluan itu, kalau bukan bumi.
-
Bumi, harus mau menampungnya.
Tapi sanggupkah?
Itu semua adalah bentuk kemurkaan.
Petir siap menyerang, hujan tak segan meruntuhkan bukit. Membawa bandang yang siap menghanyutkan setiap apapun yang dilewatinya.
-
Namun, dari semua derita yang akan diterima. Bumi selalu tegar.
Menerimanya dengan, yaa mungkin sedikit senyuman, namun berlimpah keikhlasan.
Karena bumi selalu tau, "Dibalik gelapnya malam akan datang fajar membawa terangnya mentari pagi."
:-) :-)
Senin, 11 Juli 2016
#Miss U Friends (about us - T. Fis '10)
Temans, masih ingatkah kalian tentang semua kisah di masa-masa perjuangan untuk menyelesaikan study kita. Saat-saat di mana tidak ada yang namanya jaim, malu, segan ataupun enggan untuk mengatakan serta melakukan apapun itu selagi masih di batas kewajaran dalam koridor pertemanan. Yang berlaku saat itu hanyalah tawa dalam suka duka kebersamaan untuk kebahagiaan semua. Tak ada kata tersinggung, tersakiti dan semua kerabat tak mengenakkannya. Yaaa, tidak dipungkiri perdebatan memang ada atau bahkan sering terjadi. Namun kita sama-sama tau bahwa apapun itu, langkah yang kita ambil tujuannya untuk kebaikan dan mengoreksi kesalahan pribadi masing-masing untuk membenahi tubuh persaudaraan yang kita bentuk bersama. Bukan untuk menunjukkan siapa yang salah atau benar.
-
Sadarkah kalian bahwa masa-masa itu tertinggal jauh di belakang. Bermil-mil kilometer, bahkan mungkin lebih dari itu, hingga akupun sulit untuk membayangkan bentuk utuhnya saat ini.
-
Rasa gengsi menghambat bentuk silahturahmi tetap terjalin. Bahkan kata sibuk pun sering terucap sebagai alasan klise. Sulit untuk hanya mengatakan "bagaimana kabarmu?" karena jarak jelas telah menjadi alasan mutlak untuk bertemu. Namun untuk sekedar "say hay" pun bibir ini terasa amat berat untuk digerakkan. Bahkan amat sulit walau hanya tulis comment di grup sosmed salah satu diantara kita, karena tak ada topik yang cukup menarik untuk dikomentari. Padahal dulu, tanpa topik berarti pun kita tetap bisa ngobrol ngalur ngidul kesana kemari di sela oleh tawa bahkan tangisan spontan mengalir begitu saja.
-
Ada saat dimana waktu kita tanpa basa basi bersedia makan 1 untuk semua, walau hanya dengan lauk seadanya, jengkol atau sayur daun singkong menjadi saksi. Tanpa jaim, tanpa malu atau gengsi. Semua melebur jadi satu. Bahkan jika ada diantara kalian yang mengingatnya, ada suatu kesempatan dimana seorang dari kita mendapat julukan "kambing" karena doyan makan daun singkong waktu kita makan nasi bungkus bersama di student center lantai 5 gedung K kampus tercinta kita. Ada moment dimana mantan cosma kita entah sengaja atau tidak membungkuskan "pembaut wanita" untuk hadiah tukar kado di event hiking lokal kita. Tujuannya satu, untuk happy-happy aja. Tak ada batasan untuk kebersamaan kita, karena kita 1 untuk bersama.
Namun sekarang, tak ada lagi waktu itu. Teramat jauh kita terpisahkan oleh waktu dan jarak. Tak ada lagi pengumuman untuk berkumpul bersama di depan halte yang disebar by sms oleh buk bendum yang merangkap jadi seksi informasi/humas. Yang biasanya jika telah mendapat kode kumpul, maka tanpa banyak alasan semuanya berkumpul.
Waktu itu telah menghilang ditelan kesibukan. Kenangan itu hanya akan tersimpan di memory kita saja, sebagai kisah lalu yang akankah terulang lagi entah kapan. Berharap....
Aku sangat berharap datangnya kesempatan itu walau hanya sekali saja. Kita ada dalam keutuhan kebersamaan T. Fisika 2010. Again...
Miss U Guys, So much....<3 <3 <3
-
Sadarkah kalian bahwa masa-masa itu tertinggal jauh di belakang. Bermil-mil kilometer, bahkan mungkin lebih dari itu, hingga akupun sulit untuk membayangkan bentuk utuhnya saat ini.
-
Rasa gengsi menghambat bentuk silahturahmi tetap terjalin. Bahkan kata sibuk pun sering terucap sebagai alasan klise. Sulit untuk hanya mengatakan "bagaimana kabarmu?" karena jarak jelas telah menjadi alasan mutlak untuk bertemu. Namun untuk sekedar "say hay" pun bibir ini terasa amat berat untuk digerakkan. Bahkan amat sulit walau hanya tulis comment di grup sosmed salah satu diantara kita, karena tak ada topik yang cukup menarik untuk dikomentari. Padahal dulu, tanpa topik berarti pun kita tetap bisa ngobrol ngalur ngidul kesana kemari di sela oleh tawa bahkan tangisan spontan mengalir begitu saja.
-
Ada saat dimana waktu kita tanpa basa basi bersedia makan 1 untuk semua, walau hanya dengan lauk seadanya, jengkol atau sayur daun singkong menjadi saksi. Tanpa jaim, tanpa malu atau gengsi. Semua melebur jadi satu. Bahkan jika ada diantara kalian yang mengingatnya, ada suatu kesempatan dimana seorang dari kita mendapat julukan "kambing" karena doyan makan daun singkong waktu kita makan nasi bungkus bersama di student center lantai 5 gedung K kampus tercinta kita. Ada moment dimana mantan cosma kita entah sengaja atau tidak membungkuskan "pembaut wanita" untuk hadiah tukar kado di event hiking lokal kita. Tujuannya satu, untuk happy-happy aja. Tak ada batasan untuk kebersamaan kita, karena kita 1 untuk bersama.
Namun sekarang, tak ada lagi waktu itu. Teramat jauh kita terpisahkan oleh waktu dan jarak. Tak ada lagi pengumuman untuk berkumpul bersama di depan halte yang disebar by sms oleh buk bendum yang merangkap jadi seksi informasi/humas. Yang biasanya jika telah mendapat kode kumpul, maka tanpa banyak alasan semuanya berkumpul.
Waktu itu telah menghilang ditelan kesibukan. Kenangan itu hanya akan tersimpan di memory kita saja, sebagai kisah lalu yang akankah terulang lagi entah kapan. Berharap....
Aku sangat berharap datangnya kesempatan itu walau hanya sekali saja. Kita ada dalam keutuhan kebersamaan T. Fisika 2010. Again...
Miss U Guys, So much....<3 <3 <3
Minggu, 10 Juli 2016
Renungan di awal Syawal
Terkadang kita terlalu banyak mengeluh untuk setiap kehidupan kita. Kita terlalu sering memikirkan kalau Tuhan itu tidak adil. Mengapa semua orang bahagia, sedangkan kita tidak, atau mengapa hidup kita begini buruknya sedangkan yang lain terlihat begitu bahagia. Tapi jika kita pikirkan lagi tentunya ada alasan dibalik itu semua. Coba renungkanlah sesuatu.
-
"Alah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan umatnya"
-
Setiap keadaan ada alasan untuk itu. karena sifat maha adil Allah-lah kita terkadang merasakan kesusahan atau kesedihan yang amat berat karena kehilangan sesuatu. Karena kita juga pernah merasakan kebahagiaan dan kesenangan sebelum atau sesudah ujian itu datang sebagai wujud imbalan atau itulah hak kita karena telah berhasil melewatinya. Layaknya seorang siswa yang telah naik kelas setelah menyelesaikan study awalnya. Kita pun pasti telah atau akan naik kelas ketika telah menyelesaikan ujian yg diberikan kepada masing-masing pribadi kita. Tentu itu butuh waktu untuk menyelesaikannya. Dan butuh kesabaran dalam menjalaninya. Hingga waktu itu datang.
-
Kenaikan kelas yang kita dapatkan berupa peningkatan iman kita yang semakin bersyukur untuk setiap kehidupan yang telah kita lewati dan rasa syukur karena telah diberi kesempatan untuk merubah diri menjadi yang lebih baik. Tetap istiqamah di jalan Allah.
-
Syukuri setiap helaan nafas, nikmati setiap langkah dan kita akan menjadi makhluk yang paling bahagia di dunia ini, walau hanya dengan cara yang sederhana. Mari jalani kehidupan ini dengan rasa syukur yang berlimpah.
-
Keep smile. That is so simple, but you can make everything be happy with a smile. :-) :-) :-)
-
"Alah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan umatnya"
-
Setiap keadaan ada alasan untuk itu. karena sifat maha adil Allah-lah kita terkadang merasakan kesusahan atau kesedihan yang amat berat karena kehilangan sesuatu. Karena kita juga pernah merasakan kebahagiaan dan kesenangan sebelum atau sesudah ujian itu datang sebagai wujud imbalan atau itulah hak kita karena telah berhasil melewatinya. Layaknya seorang siswa yang telah naik kelas setelah menyelesaikan study awalnya. Kita pun pasti telah atau akan naik kelas ketika telah menyelesaikan ujian yg diberikan kepada masing-masing pribadi kita. Tentu itu butuh waktu untuk menyelesaikannya. Dan butuh kesabaran dalam menjalaninya. Hingga waktu itu datang.
-
Kenaikan kelas yang kita dapatkan berupa peningkatan iman kita yang semakin bersyukur untuk setiap kehidupan yang telah kita lewati dan rasa syukur karena telah diberi kesempatan untuk merubah diri menjadi yang lebih baik. Tetap istiqamah di jalan Allah.
-
Syukuri setiap helaan nafas, nikmati setiap langkah dan kita akan menjadi makhluk yang paling bahagia di dunia ini, walau hanya dengan cara yang sederhana. Mari jalani kehidupan ini dengan rasa syukur yang berlimpah.
-
Keep smile. That is so simple, but you can make everything be happy with a smile. :-) :-) :-)
Jumat, 08 Juli 2016
Kamis, 07 Juli 2016
#1 story
Ini cerita pertamaku tentang perjalanan dalam menelusuri jejak-jejak pengembaraan panjang. Langkah demi langkah mulai ku eja dari titik awal aku berdiri. Berharap langkah ini kan bermuara pada tujuan yang sebenarnya, mimpi yang takkan pernah pudar mesti letih kaki ini melangkah, walau jiwa ini mulai tergerus keteguhan niatnya, atau saat mata mulai memudar cahayanya. Bismillah, ya Robb.... Berkahi langkah pertamaku ini, semoga setiap derap langkah yang kupijakkan di bumi-Mu ini mendapatkan ridho-Mu Tuhanku. Agar aku tetap teguh dalam citaku.
Langganan:
Komentar (Atom)