Ada saat, kala itu kau begitu bahagia dengan sederhana. Senja bahkan jadi teman bercerita. Malam senandungkan lagu merdu. Tiada guratan cela yang membuatmu tergoyah.
Dahulu, senyum dan tawa tak jenuh hiasimu. Tak penat bahkan tak mengenal kata itu. Selalu kau berbagi suka cita.
Taukah kau, aku merindu saat-saat itu, tiada kata yang mampu ku toreh saat menyuratimu selain kata rindu. Tak pernah lagi tawa menyentuh wajahmu, bahkan senyum tak lagi tercermin dari bibir mungil itu. Ku tak pernah tau, awal apa yang melenyapkan gadisku. Mula mana yang menenggelamkan perempuan riangku.
Jika mampu kuteriakkan, entah pada siapa, "kembalikan perempuanku yang dulu"
Tempat, tak ada satu yang bisa menghibur lagi, cerita tak ada lagi sisa yang mampu melucu. Suram itu kian menutup tabirmu.
Kembali pada masa itu, saat bahagia memberi kehangatan pada dia. Perempuanku.
Jumat, 15 September 2017
Jumat, 08 September 2017
............
Rindu,...
Sesak kurasa hati ini,
Ingin sekali merangkul,
Namun takkan pernah mampu.
Ingin bersorak,
Bahkan bisikan pun tak terdengar.
Tiada sesak yang lebih dalam,
Selain rindu yang tak terucap,
Meski satu kata tak mampu terlontar
Tiada sakit yang lebih menyayat,
Saat hati tertoreh oleh darah rindu,
Namun tak bisa berbuat.
Kau cahaya dan gelapku
Kau susah dan sedihku
Aku rindu,
Rindu semua cacianmu
Rindu semua makianmu
Rindu semua tingkah burukmu
Jika boleh aku memilih,
Biarlah hati ini terluka oleh pedasnya lidahmu,
Tak mengapa konyol itu banjiri sikapmu,
Atau bahkan sikap skeptis mu yang sering buat lelehan airmata membasahi wajahku.
Namun, akhirnya aku masih bisa tersenyum karena aku bersamamu.
Karena konyolmu kembali membawa tawa ku
Dan kata-kata pedas itu pula yang menjemput bahagiaku.
Kau,
Satu dari semua yang ku punya
Kau,
Satu dari mereka yang aku sayang
Kau,
Satu dari semua yang paling penting bagiku
Aku benar Rindu,
Rindu yang terlalu menyakitiku,
Maafkan jika sikap yang tak bisa menjagamu,
Maafkan kata yang menyakitimu,
Aku benar Rindu..
Teramat Rindu....
Sesak kurasa hati ini,
Ingin sekali merangkul,
Namun takkan pernah mampu.
Ingin bersorak,
Bahkan bisikan pun tak terdengar.
Tiada sesak yang lebih dalam,
Selain rindu yang tak terucap,
Meski satu kata tak mampu terlontar
Tiada sakit yang lebih menyayat,
Saat hati tertoreh oleh darah rindu,
Namun tak bisa berbuat.
Kau cahaya dan gelapku
Kau susah dan sedihku
Aku rindu,
Rindu semua cacianmu
Rindu semua makianmu
Rindu semua tingkah burukmu
Jika boleh aku memilih,
Biarlah hati ini terluka oleh pedasnya lidahmu,
Tak mengapa konyol itu banjiri sikapmu,
Atau bahkan sikap skeptis mu yang sering buat lelehan airmata membasahi wajahku.
Namun, akhirnya aku masih bisa tersenyum karena aku bersamamu.
Karena konyolmu kembali membawa tawa ku
Dan kata-kata pedas itu pula yang menjemput bahagiaku.
Kau,
Satu dari semua yang ku punya
Kau,
Satu dari mereka yang aku sayang
Kau,
Satu dari semua yang paling penting bagiku
Aku benar Rindu,
Rindu yang terlalu menyakitiku,
Maafkan jika sikap yang tak bisa menjagamu,
Maafkan kata yang menyakitimu,
Aku benar Rindu..
Teramat Rindu....
............
Rindu,...
Sesak kurasa hati ini,
Ingin sekali merangkul,
Namun takkan pernah mampu.
Ingin bersorak,
Bahkan bisikan pun tak terdengar.
Tiada sesak yang lebih dalam,
Selain rindu yang tak terucap,
Meski satu kata tak mampu terlontar
Tiada sakit yang lebih menyayat,
Saat hati tertoreh oleh darah rindu,
Namun tak bisa berbuat.
Kau cahaya dan gelapku
Kau susah dan sedihku
Aku rindu,
Rindu semua cacianmu
Rindu semua makianmu
Rindu semua tingkah burukmu
Jika boleh aku memilih,
Biarlah hati ini terluka oleh pedasnya lidahmu,
Tak mengapa konyol itu banjiri sikapmu,
Atau bahkan sikap skeptis mu yang sering buat lelehan airmata membasahi wajahku.
Namun, akhirnya aku masih bisa tersenyum karena aku bersamamu.
Karena konyolmu kembali membawa tawa ku
Dan kata-kata pedas itu pula yang menjemput bahagiaku.
Kau,
Satu dari semua yang ku punya
Kau,
Satu dari mereka yang aku sayang
Kau,
Satu dari semua yang paling penting bagiku
Aku benar Rindu,
Rindu yang terlalu menyakitiku,
Maafkan jika sikap yang tak bisa menjagamu,
Maafkan kata yang menyakitimu,
Aku benar Rindu..
Teramat Rindu....
Sesak kurasa hati ini,
Ingin sekali merangkul,
Namun takkan pernah mampu.
Ingin bersorak,
Bahkan bisikan pun tak terdengar.
Tiada sesak yang lebih dalam,
Selain rindu yang tak terucap,
Meski satu kata tak mampu terlontar
Tiada sakit yang lebih menyayat,
Saat hati tertoreh oleh darah rindu,
Namun tak bisa berbuat.
Kau cahaya dan gelapku
Kau susah dan sedihku
Aku rindu,
Rindu semua cacianmu
Rindu semua makianmu
Rindu semua tingkah burukmu
Jika boleh aku memilih,
Biarlah hati ini terluka oleh pedasnya lidahmu,
Tak mengapa konyol itu banjiri sikapmu,
Atau bahkan sikap skeptis mu yang sering buat lelehan airmata membasahi wajahku.
Namun, akhirnya aku masih bisa tersenyum karena aku bersamamu.
Karena konyolmu kembali membawa tawa ku
Dan kata-kata pedas itu pula yang menjemput bahagiaku.
Kau,
Satu dari semua yang ku punya
Kau,
Satu dari mereka yang aku sayang
Kau,
Satu dari semua yang paling penting bagiku
Aku benar Rindu,
Rindu yang terlalu menyakitiku,
Maafkan jika sikap yang tak bisa menjagamu,
Maafkan kata yang menyakitimu,
Aku benar Rindu..
Teramat Rindu....
Langganan:
Komentar (Atom)